Hajar Aswad merupakan batu yang turun dari surga, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مِنْ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ
Dari Ibn Abbas, ia berkata Rasulullah bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi, 308)
Kemudian Hajar Aswad oleh Allah diserahkan kepada Nabi Ibrahim untuk diletakkan di sudut Ka’bah sebagai pertanda dan lokasi dimulainya thawaf. Tepatnya di bagian tenggara dari Ka’bah. Disunahkan bagi laki-laki untuk meletakkan dahinya ke Hajar Aswad serta menyentuh dan menciumnya sebanyak tiga kali.
Namun apabila tidak mampu menyentuh secara langsung, sebab sulit mendekat, maka bisa dengan menggunakan tongkat, lalu mencium ujung tongkat yang menyentuh Hajar Aswad tersebut. Jika tetap tidak bisa, maka cukup dengan isyarat tangan kanan.
Peletakan Hajar Aswad di sudut Ka’bah sangat strategis, sehingga jamaah haji umrah setelah thawaf berebut mencium dan mengusap batu hitam yang diwadahi besi perak itu. Hal ini mengacu perkataan Umar bin Khattab:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ جَاءَ إِلَى الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ فَقَبَّلَهُ فَقَالَ إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: Dari Umar, sesungguhnya ia mendatangi Hajar Aswad, kemudian mencium Hajar Aswad dan berkata, aku mengetahui engkau adalah batu yang tidak akan memberikan faidah apapun, jika aku tidak melihat Nabi Muhammad menciummu, maka aku tidak akan menciummu. (Sahih Bukhari, 1494)