Hasuna.co.id – Selain kita mengenal puasa wajib dibulan Ramadhan, dalam islam juga dikenal berbagai macam puasa sunah dengan keutamaannya masing-masing. Sahabat hasuna pasti mengetahui puasa sunah senin-kamis. Ternyata ada juga puasa sunah yang lain yang memiliki keutamaan tak kalah luar biasanya dengan puasa sunah yang lain, yaitu adalah puasa Ayyamul Bidh.
Dalil yang menjadi dasar dari puasa ayyamul bidh adalah berdasarkan hadist Rasulullah SAW, yakni:
“Kekasihku (yaitu Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan shalat Dhuha, mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari).
Puasa ayyamul bidh merupakan puasa sunah, dikerjakan pada pertengahan bulan. Namun hati-hati, pertengahan bulan yang dimaksud adalah pada bulan hijriyah, tidak bisa melaksanakan puasa ini berpedoman pada pertengahan bulan masehi.
Pertengahan bulan seperti apa yang dimaksud? Maksudnya ialah pada setiap tanggal 13-15 dalam setiap bulan hijriah, terkecuali bila bertepatan dengan hari tasyrik atau hari yang terlarang untuk berpuasa maka sebaiknya jangan dahulu menjalankan puasa sunah ini.
Asal Kata Ayyaamul Bidh adalah bentuk jamak dari kata ‘al yauma’ yang artinya ‘hari’, sedangkan ‘bidh’ artinya putih. Jadi puasa ini juga sering disebut dengan puasa putih. Akan tetapi, puasa putih ini tidak seperti puasa putih yang umum dilakukan dalam tradisi Jawa yang hanya memakan nasi dan air putih saja.
Hal tersebut didukung dengan sebuah hadis dari Ibnu ‘Abbas RA mengatakan bahwa: “Rasulullah SAW biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR An-Nasai).
Ibnu Abbas menerangkan, pada saat Nabi Adam AS diturunkan ke bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam atau gosong. Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Adam AS untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15).
“Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarknya sehingga tubuhnya menjadi hitam.
Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’.
Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”
Ada juga pendapat lain mengenai asal usul puasa Ayyamul Bidh, sebagian berpendapat puasa tersebut dinamai ayyamul bidh sebab malam-malam itu (tanggal 13, 14, 15) terang benderang disinari rembulan, dan rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali.
“Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang).” (Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qari` Syarhu Shahihil Bukhari).